RISA ASTIANINGSIH
1445096078
MANAJEMEN PENDIDIKAN NONREG 2009
20. COACHING FOR GROWTH AND DEVELOPMENT
1. Mengapa pelatihan itu penting?
Pelatihan adalah proses dimana adanya interaksi antara pesertadengan pelatih yang memungkinkan menciptakan hubungan orang lain yang membuatnya mudah bagi mereka untuk belajar. Selain itu pelatih juga membantu orang lain untuk menetapkan dan mencapai tujuan kinerja yang lebih tinggi. Diharapkan setelah mengikuti pelatihan, peserta akan membawa perubahan, dari seorang yang biasa-biasa saja menjadi seorang yang ahli dan terampil setelah masuk ke dunia kerja.
2. Bagaimana cara melatih seseorang dalam suatu pelatihan?
Hal terpenting dalam melatih seseorang dalam suatu pelatihan ialah adanya tujuan, proses, dan evaluasi. Jadi pelatih merumuskan terlebih dahulu tujuan apakah yang ingin didapatkan setelah peserta mengikuti pelatihan. Setelah itu prosesnya, prosesnya bisa menggunakan sebuah metode, salah satu metode yang sering digunakan dalam pelatihan ialah Metode Sokrates. Dalam Metode Sokrates, pelatih menekankan pada pemberian pengetahuan dan keterampilan. Jadi tidak hanya pengetahuan yang didapatkan, pelatih juga memberikan peserta kesempatan untuk praktek. Selain itu pelatih juga mengisi kekosongan dengan cara mengobrol bersama peserta, simulasi, dan bermain peran. Setelah pelatih memberikan materi dengan menggunakan metode di atas, di akhir pertemuan dalam pelatihan, pelatih memberikan peserta evaluasi, apakah peserta mendapatkan dan memahami materi yang telah diberikan oleh pelatih. Apabila ada peserta yang belum mengerti, maka pelatih bisa memberikan tes remedial bagi mereka. Selain itu evaluasi yang bisa dilakukan ialah melihat apakah adanya kesesuaian antara hasil pelatihan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jika sesuai, maka di periode selanjutnya, pelatihan tersebut dapat dipertahankan dengan sedikit perkembangan. Namun apabila tidak sesuai dengan tujuan, maka pelatihan dapat dihentikan, atau jika ingin meneruskan pelatihan di periode selanjutnya, pelatih dan panitia dapat memperbaiki hal-hal yang belum sesuai.
3. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan konseling?
Langkah pertama dalam melakukan konseling ialah mengidentifikasikan masalah perilaku apa saja yang seharusnya dilakukan dengan perilaku apa saja yang seharusnya tidak dilakukan
Langkah selanjutnya ialah pelatih membantu mereka untuk melihat masalah dan menggambarkan adanya hubungan antara perilaku dengan konsekuensi negatif. Jadi setelah pelatih memberikan penjelasan mengenai macam-macam perilaku yag seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, pelatih juga menjelaskan mengenai konsekuensi yang diterima apabila orang tersebut masih saja melakukan perilaku yang tidak diperbolehkan. Misal seseorang yang bekerja di sebuah kantor, namun orang tersebut sering datang telat ke kantor. Pada sekali atau kedua kali keterlambatannya, mungkin atasan hanya akan memberikan peringatan lisan kepada karyawan tersebut. Namun apabila setelah diberikan peringatan lisan, karyawan tersebut masih saja sering datang telat ke kantor, atasan bisa saja memberikan konsekuensi negatif terberat yang didapatkan oleh karyawan tersebut, seperti pemecatan
Langkah yang terakhir ialah, pelatih mencari cara untuk mengatasinya atau mencari solusi. Sebagai contoh, kita bisa mengambil contoh diatas. Atasan yang sudah terlalu sering memberikan peringatan kepada karyawan yang sering datang terlambat ke kantor, agar karyawan tersebut tidak mengulanginya lagi, atasan bisa menganalisis mengapa karyawan tersebut sering datang terlambat. Setelah dianalisis, barulah atasan mendapatkan jawabannya dan mendapatkan solusi yang tepat sesuai dengan jawaban analisis.
4. Mengapa diperlukan suatu metode dalam suatu pembinaan?
Salah satu metode yang paling sering digunakan dalam suatu pembinaan ialah Metode Sokrates, dimana di dalam metode tersebut paling menekankan dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, pelatih juga dapat mengisi kekosongan dengan mengobrol, kemudian bermain peran, studi kasus, dan simulasi. Dengan adanya metode, pelatih dapat lebih terarah dalam menjelaskan materi pelatihan dan pembinaan karena alur pelatihannya sesuai dengan acuan atau patokan, berbeda dengan suatu pelatihan dan pembinaan yang tanpa menggunakan metode, sudah dipastikan pelatihan tersebut tidak terarah dan tujuan yang diharapkan tidak tercapai secara maksimal.
5. Bagaimana langkah-langkah dalam suatu pembinaan?
Menentukan tujuan kinerja
Mengidentifikasikan sumber daya
Mengamati dan menganalisis kinerja saat ini
Tetapkan harapan untuk perbaikan kinerja
Rencana jadwal pembinaan
Komitmen terhadap tujuan bersama tim dan individu
Umpan balik pada praktek dan kinerja
Tindak lanjut untuk mempertahankan tujuan
6. Bagaimana feedback yang didapatkan setelah mendapatkan pelatihan?
Pada saat pelatihan, peserta diberikan materi-materi oleh pelatih dan instruktur, sehingga peserta lebih mengerti mengenai banyak hal sesuai dengan fokus pelatihan yang peserta ikuti. Peserta akan diberikan materi mengenai menetapkan dan mencapai tujuan kinerja agar kinerja mereka lebih meningkat, menghindari perilaku yang seharusnya tidak dilakukan agar peserta tidak mendapatkan konsekuensi negatif dari perilaku mereka sendiri, dan masih banyak lagi materi-materi lainnya. Itu semua akan didapatkan peserta, bermanfaat bagi kinerja mereka dan membawa perubahan bagi kinerja mereka serta menambah pengalaman.
7. Mengapa konseling diperlukan dalam suatu pelatihan?
Konseling adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk pembinaan dengan cara membantu dan mengevaluasi perilaku mereka saat ini dan menemukan serta mempelajari pola perilaku yang lebih produktif. Jadi, dengan adanya konseling, individu atau peserta pelatihan akan mengerti bagaimana pola perilaku yang sesuai dan diharapkan akan selalu dilakukan pada saat pelatihan maupun setelah pelatihan (di dunia kerja).
8. Bagaimana proses dalam melakukan suatu pelatihan?
Langkah yang pertama ialah persiapan. Jadi segalanya harus dipersiapkan secara matang terlebih dahulu sebelum dilakukannya sebuah pelatihan
Pelatih mendefinisikan tujuan. Maksudnya ialah pelatih merumuskan terlebih dahulu tujuan seperti apa yang ingin dicapai setelah mengikuti pelatihan, seperti hal apa (pengetahuan), bagaimana (keterampilan), serta mengapa (nilai). Jadi setelah mengikuti pelatihan, peserta dan pelatih dapat mengevaluasi sendiri, apakah pelatihan yang diikutinya sesuai dengan tujuan atau tidak
Selanjutnya ialah pelatih mengidentifikasikan sumber daya yang diperlukan bagi peserta untuk dimanfaatkan. Jangan sampai pelatih membuang-buang sumber daya, namun tidak dimanfaatkan sepenuhnya untuk peserta (efisien)
Kemudian pelatih mengumpulkan data mengenai kompetensi saat ini dan kinerja karyawan. Data tersebut dapat dijadikan sebagai basic data sebelum pelatih menyampaikan materi
Kemudian langkah yang terakhir ialah pelatih menganalisis lingkungan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja karyawan, selain itu juga pelatih harus dapat mencari cara untuk memotivasi peserta agar peserta terjaga selalu semangatnya saat mengikuti pelatihan
9. Bagaimana sikap kita apabila mengalami situasi sulit dalam pelatihan?
Terkadang kita sering dihadapkan pada “situasi sulit” pada suatu pelatihan. Misal jadwal pelatihan yang ngaret, instruktur yang terlalu lama memberikan materi, dana untuk pelatihan yang kurang, dll. Hal-hal tersebut sebenarnya sudah biasa saja dan hanya sebagai kerikil kecil yang biasa terjadi dalam pelatihan. Dan sikap kita apabila mengalami situasi sulit seperti contoh di atas ialah menyikapinya dengan kepala yang dingin, mencari solusinya dengan santai, jangan sampai dikarenakan pelatih dan panitia panik dan berdampak pada pelatihan yang sedang berlangsung.
10. Mengapa teknologi sangat diperlukan atau dapat mendukung suatu pelatihan?
Pelatihan yang dilakukan saat ini dengan pelatihan yang dilakukan dahulu sudah sangat berbeda. Ini dikarenakan adanya pengaruh zaman yang sudah era moderenisasi sehingga segalanya sudah dilakukan dengan teknologi. Seperti pelatihan dahulu, mungkin hanya menggunakan alat dan bahan manual, seperti pulpen, kertas, sudah menggunakan teknologi, namun teknologi yang digunakannya pun masih sederhana. Berbeda dengan pelatihan yang dilakukan saat ini, segalanya tidak terlepas dengan yang namanya teknologi. Mencatat materi yang diberikan pelatih saja yang dahulu hanya menggunakan pulpen dan pensil, peserta sudah menggunakan laptop, lalu sarana yang digunakan pun sudah canggih, seperti LCD, white screen, ditambah dengan koneksi internet untuk memudahkan peserta dan pelatih dalam mengambil bahan yang tidak mereka miliki.
Selain itu, setelah mengikuti pelatihan pun peserta yang sudah menjadi karyawan di sebuah perusahaan atau perkantoran, juga tak terlepas dengan yang namanya teknologi. Karyawan dapat lebih mudah menguasai hal-hal baru, program, proses kerja dengan memberikan pengamatan kinerja dan umpan balik dalam bidang teknologi.